Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB. Mentari telah beranjak tinggi menerangi alam SalamQu. Pagi ini, hari Kamis 17 Agustus 1945, atmosfer di SalamQu Cendekia lebih hangat dari biasanya. Para siswa dan para ustadz/ah telah berada di lapangan upacara. Inspektur upacara dengan kedua ajudannya: pembawa teks Proklamasi dan teks Pancasila, pembawa acara, pembaca UUD 1945, paduan suara dan dirigen, pasukan pengibar bendera, komandan upacara, pemimpin pasukan dan peserta upacara tampak telah bersiap. Semua yang hadir di lapangan upacara bisa mengkondisikan dirinya dan menunjukan keseriusannya. Tidak ada yang berbicara atau bergurau, semua terfokus pada prosesi upacara.
Pembawa acara, Rachmad Fawwazsyah Ananta mulai membuka dan membacakan susunan acara. Pemimpin pasukan menyiapkan pasukannya masing-masing. Pasukan ikhwan (laki-laki) terpisah dengan pasukan akhwat (perempuan). Pasukan ikhwan dipimpin oleh Ihsan Muzakki Zaidan, sedangkan pasukan akhwat dipimpin oleh Esya Fathya Zahrah.
Komandan upacara, Muhammad Syahid Ridho, mulai memasuki lapangan upacara. Pemimpin pasukan ikhwan mengomandoi penghormatan kepada komandan upacara. Komando pun diambil alih oleh komandan upacara. Pembawa acara mempersilahkan inspektur upacara beserta kedua ajudannya untuk memasuki lapangan upacara. Ust. A. Komarudin, M.Pd (Abi Akom), kepala sekolah SMP SalamQu Cendekia, bertindak sebagai inspektur upacara dengan didampingi oleh Fatih Razzan Wowiling yang membawa teks proklamasi dan Daniswara Agraprana yang membawa teks pancasila. Selanjutnya, komandan upacara memimpin penghormatan kepada inspektur upacara.
Tibalah saatnya menaikkan bendera merah putih diiringi lagu Indonesia Raya. Pasukan pengibar bendera yang terdiri dari Annisa Hadayna Fitria Amroe, Kifa Isykarima dan Salwa Fitria M. Basalamah melangkah dengan tertib dan kompak menuju tiang bendera. Dirigen, Ishaq Assalami, bersiap memimpin lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bendera telah siap. Komandan upacara memimpin penghormatan kepada bendera Sang Saka Merah Putih. “Hormaaaaaaat grak!! Indonesiaaaa tanah airku…” dst. Suasana menjadi penuh semangat bercampur haru, menatap sang merah putih yang naik perlahan-lahan, teringat jasa para pahlawan yang gigih dan tangguh dalam melawan para penjajah.
Untuk mengenang jasa para pahlawan dan mendoakan arwah mereka agar diterima di sisi Allah swt, Inspektur upacara mengajak para peserta upacara untuk mengheningkan cipta. Upacara pun berlanjut, Muhammad Wildan tampil membacakan UUD 45 setelah pembacaan teks proklamasi dan teks pancasila yang diucap ulang oleh seluruh peserta uapacara. Saat inspektur upaca membacakan teks proklamasi, suasana seakan menjelma seperti tahun 1945 apalagi ketika sirine mulai dibunyikan. Pekikan Takbir dan teriak “Merdeka!” menjadi luapan ekspresi yang pas dari para peserta upacara.
Komandan upacara kembali berseru, peserta upacara diistirahatkan. Abi Akom membuka amanat dengan salam dan teriakan Merdekaaaa!!!!. Setelah tahmid dan sholawat, Abi menyampaikan bahwa kemerdekaan itu adalah nikmat terbesar dari Allah swt., kita patut bersyukur kemudian berterima kasih kepada para pahlawan atas perjuangan mereka. Kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan hasil dari kegigihan para pejuang, para pahlawan, sekalipun mereka hanya bersenjatakan bambu runcing dan pistol seadanya. Bambu runcing yang secara kasat mata jauh sangat sederhana dibandingkan senjata para penjajah, mampu mengalahkan dan memenangkan peperangan. Hal ini disebabkan oleh keyakinan (baca: iman) yang kuat dalam diri mereka dan totalitas perjuangan mereka.
Abi juga mengungkap sebuah temuan dari ahli sejarah bahwa para pejuang dan pahlawan kemerdekaan itu sebagian besar adalah kalangan santri dan kyai. Mereka mencintai negrinya dan memperjuangkan kemerdekaan bangsanya karena Islam mengajarkan demikian. Jihad fi sabilillah, berjuang di jalan Allah dan semata-mata karena Allah, spirit itulah mampu mengobarkan semangat untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia.
Selain mayoritas pejuang itu adalah kalangan santri dan kiyai, Abi Akom juga menyampaikan bahwa tokoh pertama yang menyerukan agar bangsa-bangsa di dunia mengakui kemerdekaan Indonesia adalah seorang ulama dari Mesir, yaitu Imam Asy-Syahid Hasan Al Banna, pendiri gerakan Ikhwanul Muslimin. Oleh karena itu, Presiden Soekarno megirim utusan secara khusus untuk mengucapkan terimakasih kepada Hasan Al Banna.
Setelah menyimak amanat dari inspektur upacara, seluruh peserta menyanyikan lagu wajib nasional yang berjudul Hari Merdeka. Lalu, semangat para pesertapun menjadi semakin bergelora hingga tidak terasa, 45 menit waktu berlalu dan upacara kini tiba di penghujungnya. Khalid Rahman Hakim yang diamanahi untuk mempimpin doa, mengucapkan salam. Kemudian, dengan hidmat dan penuh penghayatan ia membacakan doa.
Alhamdulillahirabbil `alamin, upacara bendera HUT Kemerdekaan RI telah selesai, bersyukur semuanya berjalan sukses dan lancar. Setelah upacara selesai, ketua panitia, Tsani Andriansyah Ramadhan, mengumumkan lomba-lomba apa saja yang akan dilaksanakan.
Inilah waktu yang dinanti-nanti, yaitu lomba-lomba untuk memeriahkan kemerdekaan Indonesia. Panitia yang juga sekaligus berperan sebagai peserta ini berharap agar bisa meraih makna-makna yang positif dari lomba-lomba yang mereka ikuti dan memberikan kesan mendalam untuk kehidupan mereka.
Di antara lomba-lomba yang diadakan di SalamQu Cendekia ini adalah lomba memanah yang bermakna “fokus pada tujuan”, lomba makan kerupuk dan lomba nyam-nyam yang bermakna “perjuangan hidup dalam keterbatasan”, lomba memasak nasi goreng yang bermakna “kekompakkan dan sinergitas”, lomba memasukkan belut ke dalam botol yang bermakna “cekatan dan berstrategi”, lomba menyusun ayat yang bermakna “kecepatan dan ketepatan berstrategi sesuai dengan rencana” dan lomba futsal yang memberikan makna “kekompakan tim dalam meraih tujuan yang sama”.
Para panitia mulai mempersiapkan peralatan lomba dan para juri yang terdiri dari para ustadz/ah dan dibantu oleh tim managemen Yayasan ikut mempersiapkan diri.
Jam berdentang sembilan kali, pertanda lomba akan segera dimulai. Lomba yang pertama kali diadakan adalah lomba memanah untuk ikhwan dan lomba makan kerupuk untuk akhwat. Pada lomba memanah, setiap peserta mem
iliki 3 kesempatan memanah, melesatkan busur panahnya pada papan bergambar lingkaran yang telah tertulis nilai 10-1. Semakin dekat ke fokus (tengah lingkaran) semakin besar nilainya. Nomor 10 adalah nomor yang berada di pusat lingkaran. Keenam belas ikhwan yang berusia sekitar 12 tahunan ini secara bergantian melesatkan busur panahnya.
Setelah 3 busur panah menancap di papan tujuan, PJ lomba memanah mulai menghitung skor. Para penonton bersorak jika peserta mampu mencapai angka 9 atau 10. Pemenang lomba memanah adalah yang mampu meraih poin tertinggi. Lomba ini berlangsung seru. Para peserta belajar fokus pada tujuan.
Bagaimana dengan lomba makan kerupuk? lomba ini tidak kalah seru dari lomba memanah. Lima belas akhwat secara bergiliran menjadi peserta lomba makan kerupuk. Peserta tidak diperbolehkan memegang kerupuk yang akan dimakannya. Kerupuk sengaja digantung sehingga terkadang menjadi sulit untuk memakannya karena bergerak-gerak. Inilah perjuangan hidup dalam keterbatasan.
Ada yang beda nih pada lomba makan kerupuk di SalamQu. FYI, lomba makan kerupuk di SalamQu ini pesertanya duduk. Tidak seperti lomba makan kerupuk pada umumnya yang pesertanya berdiri. Sorak sorai penonton tetap mewarnai lomba ini. Yang paling cepat menghabiskan kerupuk ialah pemenangnya. Lomba memanah dan lomba makan kerupuk menghabiskan waktu 45 menit.
Lomba selanjutnya adalah lomba memasak nasi goreng. Peserta lomba yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok ini mulai memasak nasi goreng setelah sirine dibunyikan. Setiap kelompok memulai aktifitas memasaknya dengan meracik bumbu, mempersiapkan lauk sebagai teman nasi goreng dan lain-lain. Seluruh peserta tampak sibuk bersama kelompoknya masing-masing, sambil diiringi lagu-lagu penyemangat yang diputarkan panitia.
Dalam lomba ini, setiap anggota kelompok diarahkan untuk memperhatikan kekompakkan dan sinergitas agar nasi goreng yang dihasilkan sesuai dengan harapan kelompok. Setiap anggota bisa memaksimalkan kemampuannya dalam waktu yang ditentukan panitia. Waktu yang disediakan panitia untuk memasak adalah 60 menit.
Setelah 60 menit berlalu, para juri mulai menilai nasi goreng yang telah tersedia. Mereka menilai rasa dan penampilan nasi goreng, kebersihan, kekompakkan kelompok dan ketepatan waktu. Pemenangnya adalah yang mendapatkan skor tertinggi dari juri. Alhamdulillah, lomba memasak nasi goreng telah berakhir.
Hari sudah semakin siang, waktu dhuhurpun telah tiba. Seluruh siswa dan para ustadz/ah bersiap-siap melaksanakan sholat dhuhur berjamaah. Setelah sholat dhuhur dan makan siang, mereka tidur siang atau yang biasa disebut dengan istilah qoilullah, salah satu sunnah Rasulullah saw. (dalam kegiatan sehari-hari, biasanya qoilulah ini dilakukan sebelum dzuhur).
Pukul 16.00 WIB, para siswa kembali melanjutkan lomba. Kali ini lomba yang dilaksanakan adalah lomba futsal untuk ikhwan, dan lomba nyam-nyam serta lomba memasukkan belut ke dalam botol untuk akhwat. Dalam lomba futsal, setiap anggota regu diharapkan mampu menjaga kekompakkan tim dalam meraih tujuan yang sama, yakni mencetak gol. Sedangkan dalam lomba nyam-nyam dan lomba memasukkan belut ke dalam botol, peserta dituntut lebih cekatan dan mampu berstrategi.
Selanjutnya, ada lomba RAB atau Rangkai Ayat Berregu. Dalam lomba RAB ini, setiap anggota regu diharapkan mampu meningkatkan kecepatan dan ketepatan dalam menyusun ayat sambil berstrategi sesuai dengan susunan ayat yang benar.
Rangkaian lomba pada sesi ke-2 ini berakhir pada pukul 17.15 WIB. Alhamdulillahirabbil `alamin, semua lomba berjalan lancar, seru dan sukses. Para siswa SMP SalamQu terlihat sangat menikmati hari kemerdekaan ini, mereka antusias dan bergembira dalam mengikuti setiap rangkaian acara.
Sore yang menawan, senja di SalamQu teramat indah, melukiskan rona di langit bumi para penghafal Quran, seolah enggan membiarkan kegembiraan dan kebahagiaan mereka berlalu. Namun, waktupun harus tetap berjalan dan justru kegembiraan atau kebahagiaan itu tidak akan hilang sebab ia bersemayam di dalam hati mereka. Hati yang di dalamnya senatiasa ada kerinduan untuk mendekap surat cintaNya, Al Quranul karim. Maka, satu per satu dari mereka mulai meninggalkan arena lomba, hendak bersiap-siap bersimpuh di hadapan Sang Khalik, melaksanakan shalat Maghrib.
Selepas Maghrib, tim managemen yayasan memimpin acara pamungkas, yaitu pengumuman lomba dan pembagian hadiah. Para ustadz/ah ikut hadir dan turut menyerahkan hadiah untuk para pemenang dari setiap lomba yang diadakan. Kepala sekolah dan tim manajemen yayasan turut serta mengucapkan selamat dan menunjukan rasa bangganya kepada para siswa.
Sungguh, kebahagian yang luar biasa saat menyaksikan momen ini. Para ustadz/ah melihat para siswa tersenyum bahagia mendapatkan reward atas kemenangan dan keberhasilannya. Selain itu, mereka memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas keberhasilan para siswa dalam menyelenggarakan PBL yang kedua ini. Hal lain yang tidak kalah membahagiakan adalah ketika para siswa mampu merebut makna kemerdekaan dengan didasari pemahaman yang baik yang kemudian mereka aplikasikan dalam sikap yang bijak.
by. Iik Nur Hikmah, S.Pd
Leave a Reply