Asalamualaikum, saati ini sistem sekolah berasrama (boarding school) Islam belakangan tampaknya semakin diminati. Cukup banyak orangtua yang mengirimkan anaknya untuk mengenyam pendidikan tingkat menengah (setara SMP & SMA) ke boarding school Islam.
Saat ini di Indonesia juga telah bermunculan berbagai alternatif SMP boarding school islam yang menawarkan konsep dan program unggulannya masing-masing, baik yang berorientasi agama tertentu maupun umum. Yang paling banyak adalah yang mengusung konsep “pesantren modern”, di mana siswa mendapatkan pelajaran umum sekaligus materi pendidikan ala pesantren.
Di smp boarding school islam anak tinggal, belajar dan bergaul di dalam suatu lingkungan, sehingga diharapkan proses pendidikan yang terjadi lebih intensif dan lebih kondusif untuk diarahkan, sesuai dengan konsep dan visi pendidikan yang dianut. Beberapa poin positif yang ditawarkan boarding school, antara lain:
1. Menyediakan beragam aktivitas dengan berbagai pengayaan dan kurikulum yang sudah terintegrasi. Di boarding school yang berorientasi keislaman, misalnya, kurikulumnya sudah mencakup pelajaran umum, olahraga, ekskul, kegiatan outing, juga kegiatan tahfidz (menghafal Al Qur’an), kepesantrenan (fiqh, arabic, sejarah Islam, khalifah lesson), dsb.
Dapat dipastikan anak-anak memiliki waktu yang sudah terkelola dengan baik sepanjang harinya. Suasananya dinamis dan jauh dari gadget, karena biasanya sekolah membatasi penggunaan gadget, kecuali untuk komunikasi antara orangtua dengan anak didik.
2. Memfasilitasi anak untuk belajar arti kebersamaan, mengelola emosi, bekerja sama, menemukan chemistry dengan teman-teman sebayanya dalam interaksi yang lebih intensif, termasuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar sekolah. Hal ini diharapkan membentuk kematangan anak secara sosial-emosional.
3. Melatih anak untuk berdisiplin dan merasa cukup dengan berbagai aturan dan keterbatasan yang ada. Makanan dijatah, waktu tidur juga dijatah, tertib waktu sholat, mandi, belajar, bermain, olah raga, dsb. Berbeda dengan di rumah yang bisa jadi semua bisa diperoleh sekehendak hati, dengan aturan yang lebih ‘luwes’.
4. Mendidik anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, tidak manja, adaptif, dan tahan banting. Hal ini diharapkan dapat menjadi pendidikan karakter yang membekas di diri anak.
Baca juga : Metode fun learning di sekolah
Di sisi lain, bersekolah di boarding school islam juga memiliki tantangan tersendiri yang berbeda dengan sekolah ‘biasa’ (baca: yang tidak berasrama). Hal-hal yang perlu diperhatikan orangtua sebelum menentukan boarding school islam untuk anak, antara lain :
1. Cermati visi, misi, konsep dan filosofi pendidikan dari boarding school yang dituju. Kenali juga sistem pendidikan dan program-program yang ditawarkan. Pastikan semuanya sejalan dengan visi dan prinsip Anda sendiri dalam mendidik anak Anda. Sebelumnya tentu saja Anda sebagai orangtua perlu menetapkan visi dan memahami nilai & prinsip yang Anda miliki, terkait pendidikan anak.
2. Sosialiasi yang cukup kepada anak saat ia diniatkan untuk bersekolah di boarding school, yang perlu dilakukan sejak beberapa tahun sebelumnya. Bangunlah dialog dengan anak, dan ajaklah untuk bersama-sama mengeksplorasi berbagai alternatif tempat (survey), untuk dapat memilih yang nyaman baginya dan juga sesuai dengan budget yang dimiliki orang tua.
Bila hanya orang tua yang berkeinginan agar anaknya bersekolah di boarding school, sementara anak tidak mau, maka segala tantangannya akan menjadi tekanan tersendiri bagi anak, karena kurangnya motivasi dari diri anak sendiri. Akibatnya adaptasinya biasanya akan lebih lama.
3. Pelajari jadual kegiatan dan rutinitas yang diberlakukan di sekolah tersebut. Sosialisasikan hal ini kepada anak, agar anak memahami dan lebih siap menghadapinya. Sedapat mungkin bangunlah pola hidup yang teratur di rumah, sebagai bagian dari persiapan memasuki boarding school, agar anak tidak terlalu kaget dengan perubahan pola hidup yang berbeda.
4. Perhatikan jumlah siswa di dalam satu kelas. Yang ideal adalah boarding school dengan kelas kecil (kurang dari 15 siswa/kelas), yang memungkinkan guru untuk dapat memantau tiap anak dengan baik. Bila sekolah tersebut memiliki kelas besar (hingga 30 anak/kelas), pastikan jumlah guru yang ada memadai untuk memperhatikan setiap siswa. Hal ini penting mengingat di boarding school guru harus betul-betul berperan sebagai pengganti orang tua.
Bila jumlah anak per kelasnya terlalu banyak (massal), sementara jumlah guru kurang mendukung, dikhawatirkan permasalahan seputar anak, termasuk masalah adaptasi, kurang dapat terpantau dengan baik.
5. Pelajari gaya pengasuhan para guru. Bagaimana guru berkomunikasi dengan siswa, apakah diberlakukan hukuman fisik, dsb. Sejauh mana guru/pihak sekolah membuka komunikasi intensif dengan orang tua? Hal-hal ini dapat tertangkap dalam observasi atau dialog dengan guru saat survey, atau carilah informasi dari orangtua siswa/mantan siswa.
6. Pelajari standar kesehatan, kondisi & fasilitas sekolah. Mulai dari lingkungan sekolah, tata kelola toilet, air mandi, air minum, laundry, suasana kelas, hingga tempat tidur, jadual penggantian spray, penyediaan lemari pribadi untuk siswa, dsb. Titik-titik rawan tersebut bisa memicu berbagai permasalahan kesehatan dan keamanan bila kurang diperhatikan. Perhatikan juga berapa anak tidur dalam satu kamar, adakah guru atau kakak senior yang juga tidur di sana sebagai pengawas?
7. Pelajari standar gizi makanan yang disediakan, apakah anak memiliki kesempatan untuk dapat menambah nasi dan lauk-pauk, mengingat anak dalam usia remaja yang memang tengah pesat-pesatnya mengalami perkembangan. Pelajari juga jajanan yang tersedia di sekitar lingkungan sekolah, untuk menghindari anak mengkonsumsi jajanan yang kurang sehat.
8. Di boarding school berpotensi untuk terjadinya bullying, baik secara fisik maupun verbal, serta kasus pencurian. Meskipun sudah dilakukan seleksi masuk, biasanya ada saja siswa yang memiliki potensi melakukan kekerasan atau melanggar aturan. Perlu dipelajari bagaimana pihak sekolah dan dewan guru mengelola hal ini. Kekompakan orang tua dan dewan guru sangat menentukan dalam hal ini.
9. Kenali apakah boarding school yang dimaksud ditujukan khusus untuk putra, khusus putri, ataukah keduanya. Boarding school yang bercampur antara putra dan putri memberi kesempatan semua siswa laki-laki dan perempuan untuk berteman akrab dan berpotensi memicu pergaulan bebas. Untuk itu pastikan ada batas ruang yang jelas bagi putra dan putri. Perhatikan bagaimana aturan sekolah terkait tata kelola pergaulan siswa putra dan putri.
Boarding school khusus putra sering kali norma atau nuansanya lebih “keras”, yang menggambarkan maskulinitas, dan biasanya berlaku juga aturan tidak tertulis yang sulit untuk dikontrol, terkait dengan perilaku agresif, bullying, dsb. Tanyakan bagaimana sekolah mengelola hal ini.
10. Pastikan lingkungan di sekitar adalah lingkungan yang aman dan kondusif untuk anak belajar dan berinteraksi sosial.
11. Pakaian dan keperluan anak yang harus dibawa biasanya sudah ada list dan standarnya. Pastikan sudah terpenuhi dengan baik agar tidak merepotkan di kemudian hari. Pakaian dan barang-barang anak sebaiknya juga diberi nama dengan material yang tidak mudah terhapus/rusak, misalnya dengan membuat sablon nama yang tinggal dijahit, termasuk pakaian dalam yang seringkali hilang.
12. Biasanya boarding school menyediakan hari tertentu untuk memberi kesempatan orang tua menjenguk anak. Sedari awal jadualkanlah bersama agar Anda dapat menjenguk anak secara reguler, karena anak pastinya tetap membutuhkan perhatian dari orang tua, juga untuk mempertahankan kedekatan antara anak dengan orang tua.
Momen ini juga bermanfaat untuk melepaskan kepenatan dan beban emosi anak. Oleh karena itu, pilihlah boarding school yang tidak terlalu kaku dalam membatasi orang tua untuk menjenguk anak.
13. Pastikan Anda memahami bagaimana penanganan anak bila sakit. Apakah sekolah memiliki klinik dan tenaga medis sendiri, apakah anak dibawa ke klinik setempat di seputar sekolah, atau dalam kondisi tertentu perlu dibawa pulang untuk menjalani perawatan di rumah. Pihak sekolah harus bersikap terbuka dan cepat tanggap atas perkembangan kondisi anak, baik positif maupun negatif sehingga dapat segera diambil tindakan.
14. Tidak ada boarding school yang sempurna, namun dengan mempelajari track record dari angkatan-angkatan sebelumnya bisa menjadi informasi yang berharga.
Masa setahun pertama adalah masa yang menantang, tidak hanya bagi anak, tapi juga bagi kedua orangtuanya. Anak-anak yang semula semangat, bisa mulai melemah di bulan ke-2, misalnya karena sudah mengalami berbagai tantangan sekolah, menghadapi teman sebaya dan aneka aturan yang berlaku. Di sisi lain, orang tua, terutama yang baru pertama kali melepas anak jauh dari rumah juga seringkali merasakan kecemasan, selain rindu kepada anak.
Dalam masa-masa ini hendaknya orang tua tidak bersikap ekstrim; dalam arti tidak terlalu sering datang atau menanyakan kabar anak, atau sebaliknya melepaskan diri sama sekali. Guru bukanlah baby sitter yang dapat dituntut untuk mengurus segala keperluan anak dengan sempurna.
Untuk itu orangtua perlu belajar mengembangkan kepercayaan terhadap guru dan pihak sekolah. Hal ini tentu saja bisa terbangun dengan komunikasi yang baik, serta saling memahami wewenang masing-masing. Bila semuanya berjalan dengan baik, di tahun ke-2 biasanya anak maupun orang tua sudah bisa beradaptasi.
Bila anak sudah memiliki kakak yang bersekolah di boarding school, penyesuaian orang tua maupun anak bisa lebih mudah. Sebaliknya, bila ini pengalaman pertama, berarti orangtua perlu banyak belajar dari para orang tua lain yang sudah bergabung lebih dulu.
Semoga boarding school yang berkembang tidak sekedar menjadi trend, tapi bisa memberikan terobosan-terobosan yang positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.
Mengenal SMP Boarding School Cendekia Salah satu SMP Boarding School Islam di Bogor.
Sumber : Psyco club indonesia.com
Leave a Reply