Asalamualaikum, sahabat SalamQu Cendekia, membentuk karakter kepemimpinan islami adlah menjadi salah satu misi dari sekolah alam Quran Cendekia. Sebagai salah satu SMP Boarding School yang ada di Bogor, Indonesia yang berkomitmen mencetak generasi calon pemimpin yang hafidz Al Quran dan mempunyai wawasan yang global. Kali ini kita sampaikan artikel tentang pentingnya menumbuhkan karekter islami kepada anak-anak kita dari berbagai sumber. Selamat menyimak!
Pada hakikatnya semua manusia merupakan seorang guru apabila ia dapat mengajarkan sesuatu yang bermanfaaat kepada orang lain. Tentulah salah satu peran guru berada pada orang tua. Tugas orang tua sebagai guru bersifat alami dan natural. Hal inilah yang akan membentuk bagaimana karakter seorang anak nantinya. Maka sangat penting bagi orang tua untuk memahami pendidikan karakter untuk anak.
Pendidikan karakter adalah pendidikan dalam membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya (Thomas Lickona, 1991).
Karakter seorang anak terbentuk dari kebiasaannya sehari-hari. Karena kontinuitas inilah yang membentuk karakter secara permanen dan tahan lama. Teori-teori pendidikan pun bermunculan. Teori yang mengatakan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh faktor lingkungan yang dipelopori oleh Jhon Locke yang dikenal sebagai teori Empirisme, Teori yang mengatakan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh faktor hereditas atau pembawaan yang dipelopori oleh Arthur Schopen Hauer yang dikenal sebagi teori Nativisme, dan banyak lagi teori-teori yang mengemukakan perkembangan seorang anak serta faktor-faktornya.
Padahal apabila kita cermati, semua faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain, dari mulai keluarga, pembawaan serta lingkungan dimana anak itu tinggal. Apabila kita melihat dari pendidikan Islam untuk anak, sebenarnya kita bisa melatih karakter anak-anak itu pada kegiatan sehari-harinya sesuai dengan anjuran dan kebiasaan Nabi Muhammad SAW. Beberapa hal yang dapat melatih karakter anak-anak antara lain:
Pertama, biasakan anak untuk menggunakan tangan kanan dalam mengambil, memberi, makan, minum, menulis dan menerima tamu. Mengajarkannya untuk mengawali setiap pekerjaan dengan bacaan basmalah terutama untuk makan dan minum. Dan harus dilakukan dengan duduk serta mengakhirinya dengan membaca hamdalah. Membiasakan anak-anak jujur dalam perkataan dan perbuatan. Hendaknya kita juga tidak berbohong kepada mereka, meskipun kita hanya bergurau. Jika kita menjanjikan sesuatu hendaknya kita penuhi.
Baca juga: Cara menumbuhkan semangat belajar anak
Kedua, membiasakan anak untuk selalu menjaga kebersihan, memotong kukunya, mencuci kedua tangannya sebelum dan sesudah makan, dan mengajarinya untuk bersuci ketika buang air kecil dan buang air besar, sehingga tidak meninggalkan kotoran atau najis pada pakaiannya dan shalatnya menjadi sah.
Ketiga, berlemah lembut dalam memberi nasehat kepada mereka dengan cara rahasia. Tidak membuka kesalahan mereka di di depan umum. Jika mereka tetap membandel maka kita diamkan selama tiga hari, dan tidak boleh lebih dari itu. Ingatkan juga mereka supaya tidak kafir mencela dan melaknat orang serta berbicara yang jelek. Kita juga hendaknya menjaga ucapan di depan mereka agar menjadi teladan yang baik bagi mereka.
Keempat, memberi kasur pada setiap anak jika memungkinkan, jika tidak maka setiap anak diberikan selimut sendiri-sendiri. Akan lebih utama jika anak perempuan mempunyai kamar sendiri dan anak laki-laki mempunyai kamar sendiri, guna menjaga akhlak dan kesehatan mereka. Melarang anak membaca majalah dan gambar porno serta cerita-cerita komik persilatan dan seksualitas. Membatasi tontonan mereka di Televisi karena tontonan sekarang ini berbahaya bagi akhlak dan masa depan anak-anak.
Kelima, membiasakan untuk tidak membuang sampah di tengah jalan. Beritahu juga mereka akibat apabila membuang sampah jangan sembarangan. Berpesan juga kepada anak-anak untuk berbuat baik kepada tetangga dan tidak menyakiti mereka serta membiasakan anak bersikap hormat dan memuliakan tamu serta menghidangkan suguhan baginya.
Keenam, mengajarkan mereka untuk menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran , tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak menakut-nakuti mereka dengan cerita yang menakutkan serta mewaspadai pergaulan mereka dengan kawan-kawan yang nakal, mengawasi mereka, dan melarang mereka duduk-duduk di pinggir jalan.
Baca juga: Begitu banyak manfaat jika anak kita menjadi penghafal Al Quran
Ketujuh, memberi salam kepada anak-anak di rumah, di jalan, dan di kelas dengan lafadzh Assalamu’alaikum, jangan biasakan menyapa dengan kata Hai, Hallo, ataupun ucapan salam lainnya, karena ucapan itu merupakan sebuah do’a. Jangan mendoakan kejelekan kepada anak , karena do’a baik maupun buruk kadang-kadang dikabulkan, dan mungkin menambah kesesatan mereka. Lebih baik jika kita mengatakan kepada anak, “Semoga Allah Memperbaikimu”. Biasakan juga budaya 5S kepada anak-anak (Salam, Senyum, Sapa, Sopan dan Santun).
Kedelapan, membiasakan anak-anak untuk memakai pakaian sesuai jenisnya sehingga pakaian wanita tidak sama dengan laki-laki, memberikan kain penutup aurat kepada anak perempuan sejak kecil supaya terbiasa pada saat dewasa serta menjauhi pakaian-pakaian ala Barat seperti celana dan baju yang sempit dan terbuka. Berikan juga pengetahuan kepada mereka tentang pentingnya menjaga aurat
Kesembilan, menyuruh anak-anak untuk diam ketika adzan berkumandang dan menjawab bacaan-bacaan adzan serta untuk anak laki-laki dibiasakan shalat berjamaah di masjid. Beritahu mereka juga dengan janji surga, bahwa surga akan diberikan kepada orang-orang yang melakukan shalat, puasa, menaati kedua orang tua dan berbuat amalan yang diridhai oleh Allah serta menakut-nakuti mereka dengan neraka, bahwa neraka diperuntukkan bagi orang yang meninggalkan shalat, menyakiti orang tua, membenci Allah, melakukan hukum selain hukum Allah dan memakan harta orang dengan menipu, korupsi dan lain sebagainya.
Terakhir, memberikan cerita-cerita yang mendidik, bermanfaat dan islami, seperti serial cerita-cerita dalam alQuran dan sejarah Islam lainnya serta ceritakan juga perjuangan para sahabat-sahabat nabi yang terus semangat melawan kejahatan meskipun nyawa taruhannya.
SMP SALAMQU CENDEKIA BOARDING SCHOOL membuka pendaftaran siswa baru silahkan Klik Disini
Di samping hal diatas ada beberapa tips yang perlu kita tanamkan pada anak sejak dini:
- Mendidik Anak untuk Bersyukur
Mensyukuri segala karunia yang Allah berikan dimulai dari keteladanan kedua orang tuanya. Hal pertama dan senantiasa harus ditanamkan adalah kesyukuran atas nikmat iman dan Islam. Karena, jika ruh syukur ini sudah dimiliki, apapun bentuk karunia-Nya akan selalu bermuara pada hati yang ridha.
Hal yang tak boleh diabaikan adalah kesadaran anak bahwa keberadaannya juga sebagai wujud karunia yang harus disyukuri sehingga ia bisa diterima apa adanya dalam lingkungan keluarga.
- Mengajarkan Tauhid yang Benar
Tauhid adalah ruh dari pendidikan islami. Jika tauhid anak tidak dikuatkan sejak kecil, akan berpengaruh pada usia remajanya dan akan dikhawatirkan berakibat pada syirik, sementara dosa syrik tidak akan diampuni Tuhan. Allah berfirman dalam Alquran,
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar,” ( Q.S. an-Nisa: 48).
Baca juga: Cara menghafal Al Quran dengan metode 20 x 20
- Berakhlak baik
Mengajarkan anak mengenai akhlak baik terhadap kedua orang tuanya penting untuk membangun karakter anak. Ajarkan ia berlaku baik bahkan ketika harus berbeda pendapat serta berlemah lembut ketika berbicara dan bersikap. Namun demikian, ketika masalah akidah dan ketaatan kepada Allah Swt. tetaplah tak dapat ditawar-tawar. Ketaatan kepada makhluk, meskipun itu pada ibu dan bapak, tak boleh mengalahkan ketaatan pada Allah Swt.
Akhlak baik juga ditanamkan kepada orang lain. Bahkan kesadaran untuk berlaku baik diiringi dengan pemahaman bahwa pengawasan Allah Swt. takkan luput meski amal baik maupun buruk itu hanya bernilai sebesar biji zarrah. Pendidikan islami menjadikan akhlak sebagai tolak ukur kematangan berakidah.
- Mengajarkan Salat
Kewajiban salat tak boleh lalai untuk diperintahkan kepada anak. Tentu perintah itu sendiri bukan sekadar menyuruh melainkan telah ada keteledanan dan upaya sadar disertai kesabaran dalam proses pemahaman kepada anak sehingga kewajiban salat menjadi sebuah kebutuhan anak seiring tumbuh kembangnya. Rasulullah bersabda,
Suruhlah anak-anakmu halat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka (putra-putri),” (H.R. Abu Dawud).
Betapa menyuruh pun perlu proses. Sebab, sebelum umur tujuh tahun, anak sudah diajari, diajak, dan dikenalkan hakikat salat. Bukan waktu yang sedikit untuk menjadikan anak siap untuk mendapatkan perintah. Oleh karena itu, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan luar biasa dari orang tua. Sehingga, untuk urusan memukul atau memberi hukuman pun baru dianjurkan di usia 10 tahun. Pastinya pukulan dan hukuman yang diberikan harus tetap dalam koridor pendidikan islami.
- Mengajarkan untuk Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Ketika keluarga sudah mampu menjadi sentral bagi pendidikan islami maka dari keluarga juga anak dipersiapkan untuk bisa berinteaksi dengan anggota masyarakat dengan cara bertanggung jawab.
Suasana yang kondusif harus dibangun agar kebiasaan untuk saling mengingatkan terhadap kelalaian siapa pun dan mencegah terjadinya kemungkaran oleh siapa pun menjadi karakter dasar anak di kemudian hari.
Iklim ini bisa dibangun apabila orang tua mampu bersikap egaliter tanpa harus kehilangan kendali terhadap fungsinya sebagai pendidik. Karena pendidikan islami berlangsung di sepanjang waktu, dalam kehidupan sehari-hari.
- Mengajarkan Rendah Hati
Menekankan kepada anak agar tidak bersikap sombong, berlaku lemah lembut, dan rendah hati. Meminta maaf jika salah, meminta ijin dan meminta tolong jika berkepentingan, serta mengucapkan terima kasih jika mendapatkan bantuan sekecil apa pun merupakan cara mendidik yang terbukti efektif untuk menumbuhkan karakter anak yang santun.
Pendidikan Islami Berdasarkan Asah, Asih, dan Asuh
Pendidikan usia dini yang merupakan basis pembentukan karakter anak yang bertanggungjawab terhadap kehidupannya. Untuk optimalisasi hasilnya, metode yang digunakan harus pas. Tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara memberikan konsep pendidikan yang bisa diadopsi dalam pendidikan islami, yakni konsep asah, asuh, dan asih.
- Pola Asah
Pola pendidikan ini merawat dan mengasah kemampuan anak sehingga segenap potensi positifnya bisa muncul dan dapat dioptimalkan secara konsisten dan berkesinambungan. Usia emas anak (0 sampai dengan 6 tahun) merupakan masa yang diyakini bahwa 80% otak anak berkembang pesat.
- Pola Asih
Pola ini menekankan hubungan batin antara anak dan orang tua serta keluarga yang harmonis. Ikatan batin yang tercipta berlandaskan pada rasa kasih sayang. Jika pola asih ini diterapkan dalam pendidikan islami secara tepat, akan menjadikan anak cerdas emosi. Karena kecerdasan emosi memegang peranan sangat penting bagi masa depan anak keberadaannya bisa memberi manfaat maksimal bagi masyarakat.
Memberikan pujian, penghargaan, dan tanggung jawab sesuai dengan usia dan kemampuan anak akan menstimulasi kematangan dan kecerdasan emosi anak.
- Pola Asuh
Pendidikan islami menekankan pola ini dengan menitikberatkan pada asupan gizi, kelayakan sandang, dan tempat tinggal yang layak bagi anak. Memastikan bahwa makanan yang baik dan halal saja yang dikonsumsi anak serta fasilitas yang selaras dengan kaidah syari, yaitu tidak berlebihan dan bersahaja.
Kesinergisan pola asah, asih dan asuh akan menjadikan tumbuh kembang anak optimal, cerdas secara emosi, spiritual, sehat jasmani, dan rohani.
Apabila orangtua komitmen terhadap pendidikan islami bagi putra putrinya, maka akan terbentuk karakter anak yang kuat dan unik di setiap orangnya, karena masing-masing anak memiliki corak kepribadian yang berbeda. Namun, kuat dan uniknya karakter telah ter-shibghoh (terwarnai) dengan kesalehan pribadi yang mampu mensalehkan diri dan lingkungannya.
Wallahu a’lam.
Sumber : Abiummi.com, dawatuna.com
Leave a Reply